Kamis, 27 November 2008

Syukur


Wa idz taadzdzana robbukum lain syakartum laaziidannakum walain kafartum inna ‘adzabi lasyadiid

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih
(QS.Ibrahim 7)

Orang yang beriman mengetahui bahwa segala kenikmatan yang dimilikinya berasal dari Allah semata dan bahwa Allah-lah yang menolak segala hal yang dibenci dan penderitaan, lalu hal itu mendorongnya untuk mengesakan Allah dengan bersyukur.

Apabila datang kepadanya sesuatu yang disukainya, maka dia bersyukur kepada Allah karenanya, karena Dia-lah Yang memberi nikmat dan karunia dan Apabila datang kepadanya sesuatu yang tidak disenanginya, dia bersyukur kepada Allah atas apa yang telah ditakdirkan kepadanya, dengan menahan amarah, tidak mengeluh, memelihara adab, dan menempuh jalan ilmu. Sebab, mengenal Allah dan beradab kepada-Nya akan mendorong untuk bersyukur kepada Allah atas segala yang disenangi dan yang tidak disenangi, meskipun bersyukur atas hal-hal yang tidak disenangi itu lebih berat dan lebih sulit. Karena itu, kedudukan syukur lebih tinggi daripada ridha.

Jika manusia senantiasa bersyukur, maka kenikmatannya menjadi langgeng dan melimpah, karena syukur adalah pengikat kenikmatan-kenikmatan yang masih ada dan pemburu kenikmatan-kenikmatan yang hilang. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ibrahim : 7, tersebut di atas.

Syukur senantiasa patut kita panjatkan disetiap keadaan dan setiap kesempatan karena betapa banyak nikmat yang telah Allah Tabaaraka wa Ta’aala curahkan kepada kita mulai kejadian atas diciptakannya kita dari sesuatu yang tidak berarti menjadi seseorang yang dapat member arti terhadap lingkungan, mulai dari bangun tidur, selama kita terjaga, sampai ketika sedang tidur, dari mulai helaan nafas sampai dengan denyutan jantung, mualai dari... dsb. Namun kita sering kali lupa untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan, terkadang malah kita kufur atas nikmat-Nya.

Kasih sayang Allah kepada manusia sangatlah tiada terkira, menciptakan apa yang ada di langit serta di bumi ini tunduk kepada kekhalifahan manusia. Allah memberi kecakapan dan keahlian kepada manusia untuk pengelolanya.Lebih besar dari itu semua, Allah memberikan nikmat yang teragung kepada insan-insan yang telah dipilih-Nya, yaitu nikmat mendapatkan taufik dan hidayah memeluk agama Islam ini.

Ibnu Qayyim membagi landasan-landasan dalam bersyukur menjadi lima bagian, yaitu :
1.tunduk kepada Yang Memberi Nikmat.
2.senantiasa cinta kepada-Nya.
3.mempunyai kesadaran untuk menyatakan bahwa nikmat itu dating hanya dari Allah,
4.senantiasa memuji Allah atas anugerah-Nya,
5.hendaknya kita melakukan segala aktifitas hanya yang diridhai-Nya, dan janganlah engkau melakukan maksiat.

Dengan rukun syukur yang harus ditegakkan, yaitu:
1.Syukur Qalbi, mengakui nikmat-nikmat Allah dan mencintai-Nya.
2.Syukur Lisan, memuji kepada-Nya atas karunia yang diberikan-Nya, dan atas anugerah yang dilimpahkan-Nya.
3.Syukur Jawarih, menggunakan nikmat dalam rangka memperoleh keridhaan-Nya.

Semoga Allah Tabaaraka wa Ta’aala menjadikan kita orang-orang yang pandai mensyukuri takdir atas yang kita alami ……………………Amiin…………………..

1 komentar:

M. Yasin mengatakan...

Slm,
Kang hendar, tulisana sae pisan yeuh. Pami aya nu sanes mah di tampilkeun atuh ..
Kang Hendar, link pengikut blognya error ya.
wslm/YASIN